Filsafat Ilmu
Rabu, 26 Oktober 2016
0
komentar
Sejarah Perkembangan Ilmu dan Tokoh-tokoh Filsafat pertama
Sokrates, Aristoteles, Plato dan kaum Shopis
Sejarah
Perkembangan Ilmu
Perkembangan ilmu hingga seperti sekarang ini
tidak berlangsung secara mendadak, melainkan melalui proses bertahap, dan
evolutif. Karena itu, untuk memahami sejarah perkembangan ilmu harus melakukan
pembagian atau klasifikasi secara periodik. Dalam setiap periode sejarah
pekembangan ilmu menampilkan ciri khas tertentu. Perkembangan pemikiran secara
teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Periodisasi perkembangan
ilmu dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer.
Seringkali masalah filsafat hanya dapat
dipahami jika melihat kembali tentang perkembangan sejarahnya. Ahli-ahli besar
seperti Aristoteles, Thales, Plato pun hanya dapat dimengerti dari
aliran-aliran yang ada sebelum mereka. Aliran yang satu biasanya merupakan
reaksi dari aliran lain. Filsafat dan Ilmu yang dikenal di dunia Barat Dewasa
ini berasal dari zaman Yunani.
Pemahaman
filsafat tidak dapat dilepaskan dari perjalanan panjang sejarah pemikiran
manusia itu sendiri. Sebagaimana pemikiran
manusia pada awalnya masih diliputi dengan corak berpikir mitologis yang diwarnai dengan
pertimbangan-pertimbangan magis dan animistik terkait dengan corak kehidupannya
sehari-hari. Dalam perkembangan selanjutnya manusia mulai berpikir lebih
rasional dengan disertai argumentasi yang sistematis dan logis. Dari
perkembangan pemikiran inilah muncul beberapa pemikiran filosofis pada masa
Yunani kuno antara lain Parmanides, Xenophanes, Thales, Aristoteles, Herklitus
dan Pythagoras. Dari sinilah sejarah filsafat mulai muncul
Tokoh-tokoh
Filsafat pertama
1.
Socrates (470 SM -399 SM)
Socrates (470 SM -399 SM) adalah filsuf
dari Athena. Dalam sejarah umat manusia, Socrates merupan contoh istemewa
selaku filsuf yang jujur dan berani. Socrates menciptakan metode ilmu kebidanan
yang dikenal dengan ‘’Maicutika Telenhe‘’, yaitu suatu metode dialektiva
untuk melahirkan kebenaran.
Menurut Plato dan Aristoteles, ia adalah orang
pertama yang memperkenalkan cara berpikir induktif dan membuat definisi
universal. Cara berpikir ini kemudian dikenal sebagai metode Sokrates. Ia juga
orang pertama di dunia yang mengemukakan bahwa di dalam diri manusia terdapat
jiwa/ rohani. Ia menyadari bahwa jiwa jauh lebih penting daripada tubuh fisik
dan jiwa tidak akan mati. Karena penemuannya inilah, banyak orang menganggapnya
sebagai Bapak Psikologi Rasional.
Ia juga menemukan bahwa Tuhan hanya satu dan
memiliki kekuasaan terhadap segala sesuatu. Ia menemukan hal ini melalui
pemikirannya sendiri, bukan dari Al-Qur’an dan Injil.
2. Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles lahir di Stagira, Chalcidice, Thracia, Yunani tahun 384 SM. Pada usia 17
tahun, Aristoteles menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20
tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan
menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia, Saat
Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan
bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi
nama Lyceum, yang
dipimpinnya sampai tahun 323 SM.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan
orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara
sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisis
kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam. Di bidang
politik, Aristoteles
percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi
dan monarki. Di bidang
seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike. Aristoteles
sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan bahwa
pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan.
Tiga bidang ajaran Aristoteles yaitu sebagai
berikut:
a) Metafisika
Metafisika adalah studi tentang being as being
(ada sebagai ada). Dimana yang dimaksud being ialah mencakup segala sesuatu,
dan didalam ilmu pengetahuan mempelajari sesuatu hal yang memiliki
karakteristik tertentu.
b) Logika
Logika Aristoteles didasarkan atas syllogisme
(susunan pikir) yang terdiri atas tiga pernyataan yaitu: Premis mayor yaitu
pernyataan pertama yang mengemukakan hal umum yang telah diakui kebenarannya,v
Premis minor yaitu pernyataan kedua yang bersifat khusus dan lebih kecil
lingkupnya daripada premis mayor,v Konklusi yaitu kesimpulan yang ditarik
berdasarkan kedua premis tersebut yaitu premis mayor dan minor.v
c) Biologi
Dalam bidang ini, Aristoteles melakukan
observasi terhadap telur ayam sampai terbentuknya kepala ayam dan melakukan
pemeriksaan anatomi badan hewan dimana yang menjadi prioritas ialah aspek
observasi sebagai suatu sarana untuk membuktikan kebenaran sesuatu hal terutama
dalam ilmu empiric.
- Plato (427
SM- 347SM)
Plato lahir sekitar 427 SM dan meninggal
sekitar 347 SM. Plato adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani, penulis
Philosophical Dialogues dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena, sekolah
tingkat tinggi pertama di dunia barat.Ia adalah murid Socrates dan guru dari
Aristoteles, filsuf yang pertamakali membangkitkan persoalan being(hal ada) dan
mempertentangkan dengan becoming( hal menjadi). Dimana tujuannya ialah sebagai
cara untuk mencari dasar kebenaran pengetahuan, dan disamping itu beliau juga
disebut sebagai seorang eksponen rasionalisme dan eksponen idealisme. Pemikiran
Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates.
Plato adalah guru dari Aristoteles. Karyanya
yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία atau
Politeia, “negeri”) yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya
pada keadaan “ideal”.Dia juga menulis ‘Hukum’ dan banyak dialog di mana
Socrates adalah peserta utama. Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur
adalah perumpaan tentang orang di gua.
Plato berhasil mensintesakan antara pandangan
Heraklitos dan Parmenides. Menurut Heraklitos segala sesuatu berubah, sedangkan
Parmenides mengatakan sebaliknya, yaitu segala sesuatu itu diam. Untuk
mendamaikan pandangan ini Plato berpendapat bahwa pandangan Heraklitos benar,
tetapi hanya berlaku bagi alam empiris saja. Sedangkan pendapat Parmenides juga
benar, tetapi hanya berlaku bagi idea-idea bersifat abadi dan idea inilah
menjdai dasar bagi pengenalan yang sejati.
Plato juga sangat memperhatikan ilmu pasti
sebagai peninggalan Pythagoras. Sebab ada hubungan yang erat antara kepastian,
matematis, dengan kesempurnaan idea. Keterikatan Plato pada kesempurnaan idea
dan kepastian matematik menjadikannya lebih memusatkan penelitian kepada cara
berpikir (aspek metodis) dari pada apa yang dapat ditangkap oleh indera. Oleh
karena itu, Plato dapat dikatakan seorang eksponen rasionalisme manakala ia
hendak menerangkan sesuatu, namun ia juga seorang eksponen idealisme manakala
menerangkan bidang nilai (aksiologis).
Kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan di Barat
Perkembangan
ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secaramendadak,
melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Oleh karena untuk memahami sejarah
perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian atau klasifikasi
3secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara teoritis
senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Oleh karena itu periodisasi
perkembangan ilmu disini dimulai dari
peradaban
Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer.
1.
Zaman Pra Yunani Kuno.
Pada
zaman ini ditandai oleh kemampuan :
a.
Know how dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman.
b.
Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap
receptive mind, keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan magis.
c.
Kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan
perkembangan
pemikiran manusia ke tingkat abstraksi.
d.
Kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sintesa
terhadap hasil abstraksi yang dilakukan.
e.
Kemampuan meramalkan suatu peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya
yang pernah terjadi. (Rizal Muntazir, 1996)
2.
Zaman Yunani Kuno.
Zaman
Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada
masa
ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya.
Yunani
pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani
pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga
tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude
(sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude
(suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan
inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis
inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli-ahli pikir terkenal
sepanjang masa. Beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales, Phytagoras,
Sokrates, Plato, Aristoteles.
3.
Zaman Abad Pertengahan.
Zaman
Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para theolog di lapangan ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para theolog,
sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang
berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah Ancilla Theologia atau abdi agama. Namun
demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam bidang ilmu yang terjadi
pada masa ini.
4. Zaman Renaissance.
Zaman
Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari
dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan Abad
Pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman
ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai
kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas
campur
tangan ilahi. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai
dirintis
pada Zaman Renaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini
adalah bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon,
Copernicus, Johannes Keppler, Galileo Galilei.
5.Zaman
Modern.
Zaman
modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan
ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak Zaman
Renaissance. Seperti Rene Descartes, tokoph yang terkenal sebagai bapak
filsafat modern. Rene Descartes juga seorang ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam
ilmu pasti adalah sistem koordinat yang terdiri dari dua garis lurus X dan Y
dalam bidang 4 datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi. Charles
Darwin dengan teorinya struggle for life (perjuangan untuk hidup). J.J Thompson
dengan temuannya elektron.
6.
Zaman Kontemporer (abad 20 – dan seterusnya).
Fisikawan
termashur abad keduapuluh adalah Albert Einstein. Ia menyatakan
bahwa
alam itu tak berhingga besarnya dan tak terbatas, tetapi juga tak berubah
status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya
akan kekekalan materi. Ini berarti bahwa alam semesta itu bersifat kekal, atau
dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Disamping teori
mengenai fisika, teori alam semesta, dan lain-lain maka Zaman Kontemporer ini
ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan
informasi termasuk salah satu yang mengalami kemajuan sangat pesat. Mulai dari
penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, internet, dan lain sebagainya.
Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi
spesialisasi-spesialisasi ilmu yang semakin tajam.
Objek
filsafat
Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang
dipikirkan. Objek yang dipikirkan oleh filsafat ialah segala yang ada dan
mungkin ada. ”Objek filsafat itu bukan main luasnya”, tulis Louis Katt Soff,
yaitumeliouti segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin
diketahui manusia. Oleh karena itu manusia memiliki pikiran atau akal yang
aktif, maka manusia sesuai dengan tabiatnya, cenderung untuk mengetahui segala
sesuatu yang ada dan mungkin ada menurut akal piirannya. Jadi objek filsafat
ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya.
Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu
dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan forma. Objek material ini
banyak yang sama dengan objek material sains. Sains memiliki objek material
yang empiris. Filsafat menyelidiki onjek filsafat itu juga tetapi bukan bagian
yang empiris melainkan bagian yang abstrak. Sedang objek forma filsafat tiada
lain ialah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang objek materi
filsafat (yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada).
Dari
uraian yang tertera diatas, maka jelaslah bahwa:
1.
Objek materia filsafat ialah sarwa-yang-ada yang pada garis besarnya
dapat dibagi atas tiga persoalan pokok, yakni:
a.
Hakekat
Tuhan
b.
Hakekat
Alam, dan
c.
Hakekat
Manusia.
2.
Objek forma filsafat ialah usaha
mencari keterangan secara radikal
(sedalam-dalamnya sampai ke akhirya) tentang objek materi filsafat (sarwa-yang-ada).
a.
Penyelidikan
dan Pembagian Filsafat Menurut Objeknya
Dalam
buku Filsafat Agama: Titik Temu Akal
dengan Wahyu karangan Dr. H. Hamzah Ya’qub dikatakan bahwa objek filsafat
ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya. Di sinilah diketahui bahwa sesuatu
yang ada atau yang berwujud inilah yang menjadi penyelidikan dan menjadi
pembagian filsafat menurut objeknya ialah:
a.
Ada Umum
Adalah
menyelidiki apa yang ditinjau secara umum. Dalam realitanya terdapat
bermacam-macam yang kesemuanya mungkin adanya. Dalam bahasa Erops, Ada Umum ini
disebut “Ontologia” yang berasal dari
kata Yunani “Onontos” yang berarti
ada dan dalam bahasa arab sering menggunakan Untulugia dan ilmu kainat.
b.
Ada Mutlak
Adalah
sesuatu yang secara mutlak yakni zat yang wajib adanya, tidak tergantung kepada
apa dan siapapun juga. Adanya tidak berpermulaan dan tidak berpenghabisan dan
harus terus ada, karena adanya dengan pasti. Ia merupakan asal segala sesuatu.
Ini disebut Tuhan. Dalam bahasa Yunani disebut “Theodicea” dan dalam bahasa arab “Ilah atau Allah.
c.
Comologia
Yaitu
filsafat yang mencari hakikat alam, dipelajari apakah sebenarnya alam dan
bagaimanakah hubungannya dengan Ada Mutlak.
Cosmologia ini ialah filsafat alam yang menerangkan bahwa adanya alam
adalah tidak mutlak, alam dan isinya adanya itu karena dimungkinkan Allah. Ada
tidak mutlak, mungkin ada dan mungkin lenyap sewaktu-waktu pada suatu masa.
d.
Antropologia
Antropolgia
(Filsafat Manusia), karena manusia termasuk ada yang tidak mutlak, maka juga
menjadi objek pembahasan. Apakah manusia itu sebenarnya, apakah
kemampuan-kemampuannya dan apakah pendorong tindakannya. Semua ini diselidiki
dan dibahas dalam Antropolgia.
e.
Etika
Adalah
filsafat yang menyelidiki tingkah laku manusia. Betapakah tingkah laku manusia
yang dipandang baik dan buruk serta tingkah laku manusia mana yang
membedakannya dengan lain-lain makhluk.
f. Logika
Logika
ialah filsafat akal budi dan biasanya juga disebut mantiq. Akal budi adalah yang terpenting dalam penyelidikan manusia
untuk mengetahui kebenaran. Tanpa kepastian tentang logika, maka semua
penyelidikan tidak mempunyai kekuatan dasar. Tegasnya tanpa akal budi maka
tidak akan ada penyelidikan. Oleh karena itu, dipersoalkan apakah manusia
mempunyai akal budi dan dapatkah akal budi itu mencari kebenaran. Dengan segera
timbul pula soal, apakah kebenaran itu dan sampai dimanakah kebenaran dapat
ditangkap oleh akal budi manusia. Maka penyelidikan akal budi itu disebut Filsafat Akal Budi atau Logika. Penyelidikan bahan dan aturan
brpikir disebut ilogica minor, adapun
yang menyelidiki isi berpikir disebut logica
mayor. Filsafat akal budi ini
disebut Epistimologi dan ada pula yang menyebut Critia, sebab akal yang menyelidiki akal.
Adapun
objek Filsafat Islam ialah objek
kajian filsafat pada umumnya yaitu realitas, baik yang material maupun yang
ghaib. Perbedaanya terletak pada subjek yang mempunyai komitmen Qur’anik. Dalam hubungan ini objek kajian filsafat dalam
tema besar adalah Tuhan, alam, manusia dan kebudayaan. Tema besar itu hendaknya
dapat dijabarkan lebih spesifik
sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga dapat ditarik benang merah dari
perkembangan sejarah pemikiran kefilsafatan yang hingga sekarang. Setiap zaman
mempunyai semangatnya sendiri-sendiri
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan.
1.
Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus
dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu
mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Oleh karena itu ciri dari ilmu adalah
empiris, sistematis, obyektif, analitis, dan verifikatif.
2.
Perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak,
melainkan terjadi secara bertahap dan evolutif. Oleh karena untuk memahami
sejarah perkembangan ilmu harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara
periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan
ilmu pengetahuan. Periodisasi perkembangan ilmu itu bisa dibagi kedalam enam
zaman yakni zaman Pra Yunani Kuno, Yunani Kuno, Abad
Pertengahan,
Renaissance, Modern, dan Kontemporer.
3.
Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan atau perubahan
sesuai dengan semangat zaman. Para filsuf menggolongkan ilmu pengetahuan berbeda-beda.
4. Dapat disimpulkan bahwa objek material filsafat adalah sarwa-yang-ada yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok,
yakni hakekat Tuhan, alam, dan Manusia
Saran.
Dengan
penulisan makalah ini semoga dapat dijadikan salah satu referensi dalam
pembelajaran tentang Sejarah Perkembangan Ilmu dan dapat dijadikan penambah
wawasan pengetahuan bagi yang membaca.
Baca Selengkapnya ....